Akhir-akhir ini Indonesia kembali
dihebohkan dengan adanya komunitas LGBT (Lesbi, Gay, Transgender) yang marak
diberitakan media. Tak hanya itu, LGBT yang sudah ada sejak tahun ‘90-an ini
pun sudah berani terang-terangan muncul ke permukaan.
Kita yang hidup di Negara Pancasila
dengan beragam suku budaya, sudah seharusnya menyikapi (menghadapi) hal-hal
seperti diatas dengan kebaikan dan kepala dingin, bukan dengan caci maki dan
hinaan apalagi dengan kekerasan, meskipun hal tersebut sangat bertentangan dengan
kaidah ajaran agama Islam. Hal inilah yang memancing respon dari Royani,
S.Pd, Pengurus Majelis Wakil Cabang
(MWC) NU Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Royani mengatakan, LGBT di Indonesia
ada karena mulai hilangnya amar ma’ruf nahi munkar.
“Sering kali kita lebih gampang
melupakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.” Ungkapnya dalam forum Buka Bersama PAC
IPNU-IPPNU Kecamatan Sukorejo, Ahad (05/07).
Cara kita menghadapinya, tambah
Royani, adalah dengan tidak mencaci maki dan menghinanya, melainkan dengan cara
Nahi Munkar bil Ma’ruf atau mencegah kemungkaran dengan jalan kebaikan.
“Namun cara kita menghadapi
komunitas LGBT ini tidak dengan caci maki, melainkan dengan nahi munkar bil
ma’ruf.” Ujar Alumni IPNU Sukorejo era 90-an ini.
“Kita harus berani perang Budaya
dengan mendirikan komunitas-komunitas seni dan budaya, seperti di Kabupaten
Kendal sendiri yang sudah ada Grup Sholawat Al-Muqorrobin. Karena hal itu bisa
menangkal kenakalan remaja dan pemuda seperti Punk,Reage, Seks Bebas,
dll. Kita banyak memiliki budaya yang tidak dimiliki oleh Negara lain.”
Pungkasnya.
Royani menambahkan, selama ini
masyarakat Islam di Indonesia masih ragu-ragu untuk berani menampilkan budaya
sendiri. Hal ini lah yang memicu munculnya komunitas-komunitas yang tidak selaras
dengan Budaya Indonesia.
Sign up here with your email
Silahkan berkomentar sesuai dengan tema poting di atas ConversionConversion EmoticonEmoticon